Resume Materi Kimia
Menentukan Orde Ikatan
Istilah orde ikatan (bonding order) ini digunakan
dalam teori orbital molekul (molecule orbital theory). Menurut teori
orbital molekul bahwa semua elektron dalam tiap atom dalam molekul turut
terlibat dalam pembentukan ikatan dengan mengisi orbital-orbital, yaitu orbital
molekul ikatan (bonding molecule orbital) dan orbital molekul antiikatan
(antibonding molecule orbital). Berbeda dengan teori ikatan valensi
bahwa dalam pembentukan ikatan antaratom hanya elektron valensi saja. Bagaimana
menentukan orde ikatan suatu molekul atau ion?
Biasanya menentukan orde ikatan suatu molekul atau ion menggunakan rumus ½ dari selisih jumlah elektron dalam orbital molekul ikatan dengan jumlah elektron dalam orbital molekul antiikatan (ditandai dengan *). Tentu saja perlu kecermatan untuk menghitung jumlah elektron pada orbital-orbital molekul itu.
Biasanya menentukan orde ikatan suatu molekul atau ion menggunakan rumus ½ dari selisih jumlah elektron dalam orbital molekul ikatan dengan jumlah elektron dalam orbital molekul antiikatan (ditandai dengan *). Tentu saja perlu kecermatan untuk menghitung jumlah elektron pada orbital-orbital molekul itu.
Untuk menjawab soal-soal berupa pilihan berganda (mutiple choice question) diperlukan trik sehingga lebih cepat menjawab pertanyaan yang biasanya menyediakan 4 hingga 5 opsi.
Misal seperti soal berikut:
Ion yang memiliki orde ikatan paling kecil adalah...
A. N2+
B. O2+
C. N2–
D. O2–
E. F2–
Untuk menjawab soal tadi gunakan grafik berikut. Tidak perlu dihafal semua cukup diingat poin skalanya saja, sehingga pada saat menghadapi ujian tinggal dibuat diagram sederhana seperti di bawah ini :) Puncak pertama 2 elektron dan puncak kedua 6 elektron dengan orde 1, puncak ketiga 14 elektron dengan orde 3. buat skala untuk orde ikatan 0,5.
Cara penggunaan:
Hitung jumlah elektron pada molekul, lihat pada sumbu jumlah elektron kemudian ekstrapolasi ke sumbu orde ikatan.
N2+
nomor atom N = 7, 2 atom N = 2 x 7 = 14 – 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 13, jadi ordenya adalah 2,5
O2+
Nomor atom O = 8, 2 atom N = 2 x 8 = 16 – 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 15, jadi ordenya adalah 2,5
N2–
Nomor atom N = 7, 2 atom N = 2 x 7 = 14 + 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 15, jadi ordenya adalah 2,5
O2–
Nomor atom O = 8, 2 atom N = 2 x 8 = 16 + 1 (elektron lepas hingga bermuatan +) = 17, jadi ordenya adalah 1,5
F2–
Nomor atom F = 9, 2 atom F = 2 x 9 = 18 + 1 (menerima elektron sehingga bermuatan –) = 19, jadi ordenya adalah 0,5
Jadi orde ikatan paling kecil dimiliki oleh F2–.
Cara lain lagi namun hasil sama dan akurat tanpa menggunakan
diagram adalah sebagai berikut:
Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 8 sampai 14 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara mengurangi total jumlah elektron dengan 8 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
N2+ ⇒ Total jumlah elektron = 13, ⇒ 13 – 8 = 5, ⇒ 5
Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 15 sampai 20 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara menghitung selisih antara total jumlah elektron dengan 20 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
F2– ⇒ Total jumlah elektron = 19, ⇒ 20 – 19 = 1, ⇒ 1
Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 8 sampai 14 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara mengurangi total jumlah elektron dengan 8 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
N2+ ⇒ Total jumlah elektron = 13, ⇒ 13 – 8 = 5, ⇒ 5
/
2
= 2,5Molekul atau ion yang memiliki total jumlah elektron rentang 15 sampai 20 orde ikatannya dapat diselesaikan dengan cara menghitung selisih antara total jumlah elektron dengan 20 dan membagi hasilnya dengan angka 2.
Contoh:
F2– ⇒ Total jumlah elektron = 19, ⇒ 20 – 19 = 1, ⇒ 1
/
2
= 0,5
Orde ikatan untuk ion sisa asam yang mengandung oksigen
dihitung menggunakan cara berikut:
Orde ikatan = [(2 x jumlah O) – muatan] / jumlah O
NO3– ⇒ [(2 x 3) – 1] / 3 = 1,66
ClO4– ⇒ [(2 x 4) – 1] / 4 = 1,75
SO4–2 ⇒ [(2 x 4) – 2] / 4 = 1,50
NO2– ⇒ [(2 x 2) – 1] / 2 = 1,50
PO4–3 ⇒ [(2 x 4) – 3] / 4 = 1,25
Orde ikatan = [(2 x jumlah O) – muatan] / jumlah O
NO3– ⇒ [(2 x 3) – 1] / 3 = 1,66
ClO4– ⇒ [(2 x 4) – 1] / 4 = 1,75
SO4–2 ⇒ [(2 x 4) – 2] / 4 = 1,50
NO2– ⇒ [(2 x 2) – 1] / 2 = 1,50
PO4–3 ⇒ [(2 x 4) – 3] / 4 = 1,25
Selain cara tadi untuk menentukan orde ikatan dapat juga
dengan menggambar struktur Lewis terlebih dahulu untuk tiap molekul atau ion
kemudian orde ikatan dihitung dengan cara:
Orde ikatan = jumlah ikatan antaratom dibagi dengan jumlah atom yang ada disekitar atom pusat.
Contoh CO2
Orde ikatan = jumlah ikatan antaratom dibagi dengan jumlah atom yang ada disekitar atom pusat.
Contoh CO2
O=C=O
Orde ikatan = 4 / 2 = 2
Orde ikatan = 4 / 2 = 2
Manfaat yang dapat diambil dengan mengetahui orde ikatan
antara lain:
- Orde ikatan sebanding dengan ukuran stabilitas termal.
- Orde ikatan sebanding dengan besarnya energi disosiasi ikatan.
- Orde ikatan sebanding dengan kekuatan ikatan.
- Orde ikatan sebanding dengan 1/jarak ikatan
- Orde ikatan sebanding dengan 1/reaktifitas
Diadaptasi dari berbagai
sumber.
Semua
zat pada dasarnya terdiri atas atom-atom. Atom-atom sejenis akan berikatan
membentuk molekul unsur, sedangkan atom-atom yang berbeda jenis akan berikatan
membentuk molekul senyawa. Pada tiap molekul tersebut terdapat gaya tarik
menarik antar atom yang disebut dengan ikatan kimia.
Pada
saat atom-atom berikatan membentuk molekul maka atom-atom tersebut akan
menempatkan dirinya dalam posisi tertentu. Cara atom-atom saling berikatan,
jenis ikatan antar atom dan gaya-gaya yang terjadi antar atom mempengaruhi
penempatan atom-atom tersebut dalam ruang sehingga menghasilkan bentuk-bentuk
molekul tertentu. Para pakar kimia telah menggolongkan bentuk molekul ke dalam
beberapa bentuk ruang tiga dimensi atau disebut dengan geometri
molekul.
Ada
2 cara dalam menentukan geometri molekul senyawa kovalen sederhana, yaitu
dengan teori jumlah pasangan elektron di sekitar kulit atom yang dikenal dengan
nama teori VSEPR (Valence Shell Elektron Pairs Repolsion) dan dengan teori
hibridisasi.
Teori VSEPR
Dalam
suatu molekul, atom diikat oleh atom yang lainnya dengan menggunakan pasangan
elektron yang berada dalam kulit terluar atom pusat. Pasangan-pasangan elektron
ini akan berusaha saling menjauhi sehingga gaya tolak menolak pasangan elektron
menjadi minimum. Hal ini menjadi dasar Teori VSEPR yang dikemukakan oleh
Sidgwick Powell dan Nylholm Gillespie. Teori VSEPR disebut juga teori domain
elektron atau teori tolakan pasangan elektron kulit terluar atom.
Teori
VSEPR menerangkan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut;
1. Pasangan-pasangan
elektron pada kulit terluar atom pusat baik pasangan elektron bebas (PEB)
maupun pasangan elektron terikat (PEI) akan tolak menolak satu sama lain sejauh
mungkin sehingga gaya tolakannya menjadi minimum.
2. Kekuatan
tolakan antar pasangan elektron berbeda-beda. Tolakan PEB-PEB > tolakan
PEB-PEI > PEI-PEI. Hal ini terjadi karena PEB hanya terdapat pada satu atom
saja, sehingga dapat bergerak bebas dan menempati ruang lebih besar
dibandingkan PEI. Akibat dari tolakan dari PEB tersebut maka sudut ikatan PEI
menjadi lebih kecil.
3. Teori
ini tidak menggunakan orbital atom, yang penting kita mengetahui banyaknya
pasangan elektron terluar di sekitar atom pusat, baik PEB maupun PEI dengan
menggunakan struktur titik elektronnya (struktur lewis) kemudian menentukan
posisi PEI untuk meramalkan geometri molekulnya.
Beberapa
geometri suatu molekul yang dapat diramalkan dengan menggunakan teori VSEPR
adalah sebagai berikut;
1. Geometri
linier
Geometri
linier adalah bangun ruang molekul yang atom-atom penyusun molekulnya berada
dalam suatu garis lurus. Contoh geometri linier misalnya pada berilium Florida
(BeF2). Berilium (Be) mempunyai nomor atom 4. Konfigurasi Be = [He]
2s2 jadi elektron terluarnya = 2. Dua elektron ini digunakan
Be untuk berikatan dengan F, sehingga Be menjadi atom pusat yang memiliki dua
pasang elektron ikatan pada kulit terluarnya. Struktur lewis BeF2
adalah sebagai berikut;
Kedua
pasangan elektron ikatan tersebut akan menempati posisi yang berlawanan untuk
meminimalkan tolakan. Sudut F-Be-F yang terbentuk sebesar 1800 atau membentuk
garis lurus. Geometri molekulnya adalah linier seperti tampak pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 geometri molekul BeF2
2. Geometri
trigonal planar
Geometri
trigonal planar merupakan bangun ruang suatu molekul dimana atom pusatnya
dikelilingi oleh tiga atom lainnya. Ketiga atom tersebut menempati sudut-sudut
segitiga datar. Contoh geometri trigonal planar misalnya pada boron triflorida
(BF3). Boron (B) mempunyai nomor atom 5. Konfigurasi elektron B =
[He] 2s2 2p1. Jumlah elektron terluar = 3. Ketiga
elektron ini digunakan untuk berikatan dengan F, sehingga B sebagai atom pusat
memiliki tiga pasang elektron ikatan pada kulit terluarnya. Struktur lewis BF3
sebagai berikut;
Untuk meminimalkan tolakan maka ketiga pasangan elektron tersebut masing-masing
akan menempati sudut pada segitiga sama sisi pada bidang datar. Sudut yang
terbentuk sebesar 1200. Geometri molekulnya adalah segitiga datar
atau trigonal planar seperti yang terdapat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. geometri BF3
3. Geometri
tetrahedral
Geometri
tetrahedral adalah bangun ruang limas empat sisi dengan muka segitiga
equilateral. Contoh geometri tetrahedral misalnya pada molekul metana (CH4).
Atom karbon (C) dengan nomor atom 6, mempunyai konfigurasi elektron [He]
2s2 2p2. elektron terluarnya adalah empat. Keempat
elektron tersebut digunakan untuk melakukan ikatan dengan H, sehinggga atom C
sebagai atom pusat memiliki empat pasang elektron ikatan di sekitar kulit
terluarnya. Keempat pasang elektron tersebut meminimalkan tolakan dengan
menempatkan dirinya pada sudut-sudut tetrahedral. Semua sudut ikatan H-C-H
sebesar 109,50. Geometri molekulnya adalah tetrahedral.
Pasangan
elektron bebas di sekitar kulit terluar atom pusat dapat mempengaruhi geometri
molekulnya, misalnya pada molekul amoniak (NH3). Pada molekul
amoniak, nitrogen (N) mempunyai lima elektron pada kulit terluarnya. tiga
elektron digunakan untuk berikatan dengan H sedangkan dua elektron membentuk
pasangan elektron bebas. Jadi N sebagai atom pusat tiga pasangan elektron
ikatan dan satu pasang elektron bebas. Tolakan minimal dicapai jika tiga pasang
elektron ikatan berada pada sudut segitiga equilateral dan atom pusat N berada
di bagian atas segitiga equilateral. Geometri molekulnya adalah trigonal
piramida atau limas segitiga. Karena tolakan PEB-PEI > PEI-PEI maka PEB
membutuhkan ruang lebih besar daripada PEI sehingga sudut ikatan H-N-H mengecil
menjadi 1070.
Pada molekul air
(H2O), pasangan elektron ikatannya hanya dua pasang, dua pasang
lainnya adalah pasangan elektron bebas. Adanya dua pasang elektron bebas ini
akan semakin membuat kecil sudut ikatan H-O-H menjadi 105,30.
Geometri molekul H2O adalah V atau bengkok. Geometri molekul CH4,
NH3 dan H2O dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar
2.3 geometri molekul CH4 , NH3 dan H2O
4. Geometri
trigonal bipiramida
Geometri
trigonal bipiramida merupakan bangun ruang yang tersusun atas dua buah limas
segitiga dengan bagian mukanya dipersekutukan. Contoh molekulnya adalah pospor
pentaklorida (PCl5). Pospor (P) memiliki lima elektron terluar yang
seluruhnya digunakan untuk berikatan dengan Cl membentuk lima pasang elektron
ikatan. Kelima pasang elektron tersebut menempati dua posisi yang tidak
ekivalen untuk meminimalkan tolak menolak antara pasangan elektron. Tiga pasang
elektron masing-masing akan menempati posisi di puncak segitiga equilateral
dengan sudut Cl-P-Cl sebesar 1200 sedangkan dua pasang ikatan
lainnya masing-masing menempati puncak aksial dengan sudut Cl-P-Cl sebesar 900.
Jika
suatu molekul mempunyai pasangan elektron bebas diantara kelima pasangan
elektronnya, maka pasangan elektron bebas akan menempati posisi equatorial. Hal
ini dikarenakan pasangan elektron bebas selalu ingin menempati daerah yang
lebih luas. Semakin banyak pasangan elektron bebasnya maka sudut ikatannya
semakin kecil. Sebagai contoh pada molekul SF4, akibat adanya satu
pasang elektron bebas, sudut ikatan F-S-F pada posisi aksial mengecil menjadi
86.80 dan pada posisi equatorial menjadi 101,50. Beberapa
contoh adanya pengaruh pasangan elektron bebas pada bentuk geometri dapat
dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. geometri untuk PCl5, SF4,
ClF3 dan I3-
5. Geometri oktahedral
Geometri
oktahedral merupakan suatu bangun ruang yang mempunyai delapan muka segitiga, dibentuk
dari dua buah limas dengan alas segiempat yang dipersekutukan. Contoh molekul
dengan geometri oktahedral adalah belerang heksaflorida (SF6). Dalam
molekul ini, terdapat enam pasang elektron kulit terluar pada atom pusat
belerang (S). Tolakan antar pasangan elektron akan minimal jika keenam pasang
elektron itu berada pada sudut-sudut oktahedral. Geometri oktahedral memiliki
enam puncak dan delapan muka berupa segitiga equilateral yang identik. Semua
sudut F-S-Fnya sama yaitu sebesar 900. Perubahan geometri akibat
adanya pasangan elektron bebas dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 geometri molekul SF6, ClF5 dan XeF4
6. Geometri
molekul yang memiliki ikatan rangkap menurut model VSEPR dianggap sebagai satu
gugusan elektron seperti ikatan tunggal. Contohnya molekul CO2.
Geometrinya linier seperti pada gambar 2.6.
Gambar
2.6. geometri molekul CO2
7. Pada
Senyawa ion, kedudukan muatan ion dalam geometri tidak dapat ditunjukkan sebab
muatan ion bukan milik salah satu spesi dalam molekul itu, tetapi menjadi satu
kesatuan dengan spesi yang terdapat pada ion itu, sehingga untuk
menunjukkan bahwa geometri itu adalah ion, hanya dapat ditunjukkan
pada struktur lewisnya saja. Contoh pada molekul H3O+,
struktur lewisnya
adalah
geometrinya segitiga piramida
seperti pada gambar 2.7.
Gambar
2.7. geometri molekul ion H3O+
Geometri
suatu molekul menurut teori VSEPR dapat pula diramalkan dengan menghitung
jumlah pasangan elektron yang terlibat dalam pembentukan ikatan.
Perumusan
umum yang dapat digunakan adalah
Keterangan
:
A
= Atom pusat
X = atom yang terikat pada atom pusat
m = jumlah pasangan elektron yang terikat (PEI)
E
= pasangan elektron bebas yang berpengaruh pada bentuk molekul karena akan
mendorong pasangan elektron ikatan untuk lebih saling mendekat satu sama lain
sehingga membentuk suatu struktur tidak sesuai dengan bentuk molekul dasar.
n
= jumlah pasangan elektron bebas (PEB). n = (EV – X)/2 jika ikatannya tunggal
dan n =(EV – 2X)/2 jika ikatannya rangkap.
EV
= jumlah elektron valensi atom pusat
Contoh soal:
Tentukan tipe molekul dan geometri
molekul dari senyawa-senyawa biner berikut ini;
a. BF3
b. XeO4
Jawab.
a. Atom
pusat pada BF3 = B, Konfigurasi 5B = [He] 2s2
2p1 dan 9F = [He] 2s2 2p5
maka BF3 ikatannya kovalen tunggal, jadi Jumlah elektron valensi B
(EV) = 3, Jumlah pasangan elektron ikatan (m) = 3
Jumlah pasangan elektron bebas (n) =
(3-3)/2 = 0
Jadi tipe molekul = AX3
Geometri molekulnya = segitiga datar
a. Atom
pusat pada XeO4 = Xe, konfigurasi elektron 54Xe
= [Kr] 5s2 4d10 3p6 dan 8O =[He] 2s2
2p4 maka XeO4 ikatannya rangkap, jadi Jumlah elektron
valensi Xe (EV) = 8, jumlah pasangan elektron ikatan (m) = 4
Jumlah pasangan elektron bebas (n) =
(8-2x4)/2 = 0
Jadi tipe molekul = AX4
Geometri molekulnya = tetrahedral
Secara
umum, hasil perumusan dengan teori VSEPR untuk meramalkan geometri molekul
sederhana ditunjukkan pada tabel 2.1.
Pasangan elektron
|
Struktur pasangan elektron
|
Geometri molekul
|
Tipe molekul
|
Contoh senyawa
|
||
Ikatan
|
Bebas
|
Total
|
||||
2
|
0
|
2
|
Linier
|
Linier
|
AX2
|
BeCl2
|
3
2
|
0
1
|
3
|
Segitiga datar
|
Segitiga datar
Bengkok atau V
|
AX3
AX2E
|
BCl3
SnCl2
|
4
3
2
|
0
1
2
|
4
|
tetrahedral
|
Tetrahedral
Segitiga piramida
Bengkok atau V
|
AX4
AX3E
AX2E2
|
CCl4 & SiH4
NH3 & PCl3
H2O & SCl2
|
5
4
3
2
|
0
1
2
3
|
5
|
Segitiga bipiramida
|
Segitiga bipiramida
Jungkat-jungkit
Bentuk T
linier
|
AX5
AX4E
AX3E2
AX2E2
|
PCl5 & PF5
SF4
ClF3
XeF2
|
6
5
4
|
0
1
2
|
6
|
oktahedral
|
Oktahedral
Segiempat piramida
Segiempat datar
|
AX6
AX5E
AX4E2
|
SF6
ClF5
XeF4
|
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih banyak atas kunjungnnya :) Semoga bermanfaat dan Membantu Anda Mennemukan Jawabannya. See You Again !!!!